BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melangsungkan kehidupan sehari-hari,
manusia membutuhkan energi untuk melakukan segala aktivitas hidupnya seperti
berjalan, belajar, membaca, berolahraga, dan lain sebagainya. Energi tersebut
dapat diperoleh melalui pemberian asupan makanan yang akan dikonsumsi oleh
manusia berupa sumber nutrisi. Pemenuhan asupan tersebut merupakan salah satu
kebutuhan dasar (kebutuhan primer) manusia yang disebut juga dengan kebutuhan
manusia akan pangan disamping kebutuhan akan sandang (pakaian) dan papan
(tempat tinggal/rumah). Menurut Hidayat (2005), sumber nutrisi dalam tubuh
berasal dari dalam tubuh manusia sendiri, seperti glikogen yang terdapat dalam
otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan, dan sumber lain yang berasal
dari luar tubuh.
Pemenuhan
asupan dari luar tubuh dapat melalui pengkonsumsian makanan. Pengkonsumsian
makanan ini tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Setiap jenis, jumlah, dan
kandungan makanan yang dimakan akan sangat
berpengaruh pada tubuh manusia (Sallika, 2010). Kesalahan dalam melakukan
pemenuhan asupan akan berakibat pada kondisi kesehatan manusia. Faktor yang
mempengaruhi hubungan asupan makanan dengan kondisi kesehatan manusia ini dapat
berupa faktor intrinsik dalam diri manusia, seperti umur, jenis kelamin,
aktivitas, maupun kondisi dari individu yang bersangkutan, seperti perempuan
yang hamil maupun menyusui. Faktor perilaku seperti aktivitas fisik dan pilihan
makanan juga merupakan hal-hal yang ikut andil mempengaruhi status kesehatan
manusia (Wheeler, 2004). Kesalahan pemenuhan asupan makanan ini meliputi proses
kekurangan (defisiensi) maupun kelebihan (hiperconsume). Beberapa penyakit yang
diakibatkan oleh kesalahan pemenuhan asupan makanan antara lain seperti
penyakit skorbut, osteoporosis, penyakit jantung, hiperkalsemia, dan lain
sebagainya (Devi, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penulis menitik beratkan
pada pemenuhan asupan makanan yang mengandung vitamin larut lemak yakni vitamin
A pada ibu nifas. Kami merumuskan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Apakah vitamin larut lemak berupa vitamin A
itu ?
1.2.2 Bagaimana sifat kimia dari vitamin A?
1.2.3 Bahan apa saja dari bahan makanan yang
mengandung vitamin A?
1.2.4 Apa saja fungsi dari vitamin A bagi tubuh
manusia?
1.2.5 Bagaimana pengaruh pemenuhan asupan vitamin A
bagi kondisi kesehatan manusia, terutama pada ibu nifas ?
1.2.6 Berapa banyak kebutuhan asupan vitamin A yang
dianjurkan kepada ibu nifas ?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini antara lain
:
1.3.1 Mengetahui pengertian dari vitamin A
1.3.2 Mengetahui peran vitamin A dalam tubuh manusia
terutama pada ibu nifas
1.3.3 Mengetahui bahan makanan yang mengandung
vitamin A
1.3.4 Mengetahui banyak kandungan vitamin A yang
dibutuhkan oleh ibu nifas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Vitamin A
Vitamin A merupakan nama generik
yang menyatakan semua retinoid dan prekusor /provitamin A karatenoid yang
mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol (Almatsier, 2009). Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Terdapat
sejumlah ikatan organik yang mempunyai aktivitas vitamin A yang semuanya
mengandung gelang beta ionon di dalam struktur molekulnya. Ikatan kimia yang
mempunyai aktivitas vitamin ini disebut preformed
vitamin A, sebagai lawannya provitamin A atau prekusor vitamin A, yang terdiri
atas ikatan-ikatan karoten. Deretan homolog preformed vitamin A ialah vitamin A alkohol, vitamin A aldehida,
dan vitamin A asam. Preformed vitamin A sekarang diberi nama retinol dan
homolognya retinal dan retinoic acid.
Ada dua jenis vitamin A antara lain
vitamin A1 dan vitamin A2 yang disebut juga dehidro
vitamin A (Sediaoetama,
2010). Perbedaan dalam
struktur di antara keduanya adalah adanya dua ikatan
tak jenuh dalam cincin beta ionon pada vitamin A2, sedangkan vitamin A1
hanya mengandung satu ikatan kembar pada cincin tersebut.
2.2.
Sifat Kimia
Vitamin
A
1.
Vitamin
A adalah suatu kristal alkohol berwarna kuning dan larut dalam lemak atau
pelarut lemak.
2.
Dalam
makanan terdapat dalam bentuk ester retinil yaitu terikat pada asam lemak
rantai panjang.
3.
Dalam
tubuh berfungsi dalam beberapa bentuk ikatan kimia aktif antara lain retinol (bentuk alkohol), retinal (bentuk aldehida),
dan asam retinoat (bentuk asam).
4.
Vitamin
A tahan terhadap panas, cahaya, dan alkali namun
tidak tahan terhadap asam dan oksidasi.
5.
Ketersediaan
biologik
vitamin A meningkat dengan kehadiran vitamin E dan antioksidan lain.
6.
Bentuk
aktif vitamin A hanya terdapat dalam
pangan hewani. Pangan nabati mengandung
karotenoid yang merupakan prekursor
(provitamin) vitamin A.
2.3.
Satuan Vitamin
A
Sampai tahun 1967, aktivitas vitamin
A di dalam jaringan diukur dalam International Unit (I.U) atau Satuan
Internasional (SI). Pada tahun 1967 FAO/WHO menganjurkan istilah Retinol Ekuivalen (RE) sebagai unit pengukuran vitamin A.
Tetapi hingga sekarang Satuan Internasional (SI) masih umum dipakai.
2.4. Angka Kecukupan Gizi (AKG) Vitamin A bagi Tubuh Manusia
No.
|
Kelompok Umur
|
Angka Kecukupan Vitamin A
|
1.
|
Anak
|
|
0-6 bulan
|
375
|
|
7-11 bulan
|
400
|
|
1-3 tahun
|
400
|
|
4-6 tahun
|
450
|
|
7-9 tahun
|
500
|
|
2.
|
Pria
|
|
10-12 tahun
|
600
|
|
13-15 tahun
|
600
|
|
16-18 tahun
|
600
|
|
19-29 tahun
|
600
|
|
20-49 tahun
|
600
|
|
50-64 tahun
|
600
|
|
65+ tahun
|
600
|
|
3.
|
Wanita
|
|
10-12 tahun
|
600
|
|
13-15 tahun
|
600
|
|
16-18 tahun
|
600
|
|
19-29 tahun
|
500
|
|
20-49 tahun
|
500
|
|
50-64 tahun
|
500
|
|
65+ tahun
|
500
|
|
4.
|
Penambahan
bagi Ibu Hamil
|
|
Trimester 1
|
+300
|
|
Trimester 2
|
+300
|
|
Trimester 3
|
+300
|
|
5.
|
Penambahan
bagi Ibu Menyusui
|
|
6 bulan pertama
|
+350
|
|
6 bulan kedua
|
+350
|
Tabel
2.4.1
2.5.
Sumber Vitamin A
Vitamin A terdapat di dalam pangan
hewani sedangkan
karoten berada terutama di dalam pangan nabati. Sumber vitamin A adalah hati,
kuning telur, susu (di dalam lemaknya), mentega, dan minyak ikan yang biasa
digunakan sebagai obat sumber vitamin A dan vitamin D. Sumber karoten adalah
sayuran berwarna hijau tua dan buah-buahan yang berwarna kuning-jingga, seperti
daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel,
tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka
masak, jeruk, dan minyak kelapa sawit yang berwarna merah.
2.6.
Fungsi Vitamin
A
a. Penglihatan
Kebutuhan vitamin A untuk penglihatan dapat dirasakan. Apabila
kita dari cahaya terang di luar kemudian memasuki ruangan yang remang-remang
cahayanya. Mata membutuhkan waktu untuk melihat. Kecepatan mata untuk
beradaptasi setelah terkena cahaya terang berhubungan langsung dengan vitamin A
yang tersedia di dalam darah untuk membentuk rodopsin. Tanda pertama kekurangan
vitamin A adalah rabun senja.
b. Diferensiasi
sel
Diferensiasi sel terjadi apabila sel-sel tubuh mengalami perubahan
dalam sifat atau fungsi semulanya. Perubahan tersebut adalah salah satu
karakteristik kekurangan vitamin A yang terjadi pada tiap tahap perkembangan
tubuh, seperti pada tahap pembentukan sperma dan sel telur, pembuahan,
pembentukan srtuktur dan organ tubuh, pertumbuhan dan perkembangan janin, masa
bayi, anak-anak, dewasa, dan orang tua.
Kekurangan vitamin A menghalangi fungsi sel-sel kelenjar yang
mengeluarkan mukus dan diganti oleh sel-sel epitel bersisik dan kering (keratinized). Kulit menjadi kasar,
luka sukar sembuh, dan mudah terjadi infeksi.
c. Fungsi
kekebalan (imunitas)
Retinol berpengaruh terhadap pertumbuhan dan diferensiasi limfosit
B (leukosit yang berperan dalam proses kekebalan tubuh). Dalam kaitannya dengan vitamin A dan fungsi kekebalan, ditemukan
bahwa:
-
Ada
hubungan kuat antara status vitamin A dan risiko
terhadap penyakit infeksi pernapasan.
-
Hubungan
antara kekurangan vitamin A dan
diare
-
Kekurangan
vitamin A pada campak cenderung menimbulkan komplikasi dan kematian.
d. Pertumbuhan
dan perkembangan
Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein, dengan demikian
terdapat pertumbuhan sel. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan
sel epitel yang membentuk email dan pertumbuhan gigi. Pada anak-anak yang
kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam pertumbuhan. Vitamin A yang
berperan dalam hal ini adalah asam
retinoat.
e. Reproduksi
Vitamin A dalam bentuk retinol dan retinal berperan dalam
reproduksi. Kebutuhan vitamin A selama hamil meningkat untuk kebutuhan janin
dan persiapanibu untuk menyusui.
f. Pencegahan
kanker dan penyakit jantung
Kemampuan
retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan kemampuan
meningkatkan aktivitas sistem kekebalan
diduga berpengaruh dalam pencegahan kanker, terutama kanker kulit, tenggorokan,
paru-paru, payudara, dan kantung kemih.
g. Lain-lain
Defisiensi
vitamin A dapat menyebabkan berkurangnya nafsu makan. Vitamin A juga berperan
dalam pembentukan sel darah merah, kemungkinan melalui interaksi dengan besi (Fe).
2.7.
Defisiensi vitamin A
a.
Kekurangan
primer (akibat kurang konsumsi vitamin A)
1.
Buta
senja (niktalopia)
Ketidakmampuan
menyesuaikan penglihatan dari cahaya terang ke cahaya samar-samar/senja.
2.
Perubahan
pada mata
Kornea
mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan vitamin A. Kelenjar
air mata tidak mampu mengeluarkan air mata sehingga terjadi pengeringan pada
selaput yang menutupi kornea. Ini diikuti oleh tanda-tanda seperti atrofi kelenjar mata, keratinasi konjungtiva, pemburaman, pelepasan
sel-sel epitel kornea dan akhirnya berakibat pelunakan dan pecahnya kornea.
Gejala- gejala tersebut dalam bentuk ringan (xerosis kojungtiva), bentuk sedang
(xerosis kornea), dan tahap akhir (keratomalasia).
3.
Infeksi
Fungsi
kekebalan tubuh menurun pada saat kekurangan
vitamin A, sehingga mudah terserang infeksi. Di samping itu lapisan sel yang
menutupi trakea dan paru-paru mengalami keratinasi, tidak mengeluarkan lendir,
sehingga mudah dimasuki oleh mikroorganisme,
bakteri atau virus dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan.
4.
Perubahan
pada kulit
Kulit
menjadi kering dan kasar. Folikel rambut menjadi kasar, mengeras, dan mengalami
keratinasi yang dinamakan hyperkeratosis
folikular.
5.
Gangguan
pertumbuhan
Kekurangan
vitamin A menghambat pertumbuhan sel-sel, termasuk sel-sel tulang. Fungsi
sel-sel yang membentuk email pada gigi terganggu dan terjadi atrofi sel-sel
yang membentuk dentin, sehingga gigi mudah rusak.
6.
Lain-lain
Perubahan
lain yang dapat terjadi adalah keratinasi sel-sel rasa pada lidah yang
menyebabkan berkurangnya nafsu makan dan anemia.
b.
Kekurangan
sekunder, disebabkan oleh:
-
Gangguan
penyerapan dan penggunaannya dalam tubuh
-
Kebutuhan
yang meningkat
-
Gangguan
pada konversi karoten menjadi vitamin
Kekurangan vitamin A sekunder dapat
terjadi pada penderita:
-
Kurang
Energi Protein
(KEP)
-
Penyakit
hati
-
Alfa,
beta- lipoproteinemia
-
Gangguan
absorpsi karena kekurangan asam empedu
2.8. Pengaruh Akibat Kelebihan Vitamin A
Kelebihan vitamin A hanya bisa
terjadi bila memakan vitamin A sebagai suplemen dalam takaran tinggi yang
berlebihan, misalnya takaran 16.000 RE dalam
jangka waktu lama atau 40.000-55.000 RE/hari.
|
Gejala kelebihan ini hanya terjadi
bila dimakan dalam bentuk vitamin A. karoten tidak dapat menimbulkan gejala
kelebihan karena absorpsi
karoten menurun bila konsumsi tinggi. Di samping itu, sebagian
dari karoten yang diserap tidak dirubah
menjadi vitamin A akan tetapi disimpan di dalam lemak. Bila lemak di bawah
kulit mengandung banyak karoten, warna kulit akan terlihat kekuningan.
BAB III
ANALISIS ARTIKEL ILMIAH
ANALISIS ARTIKEL ILMIAH
Vitamin A merupakan suatu
vitamin larut lemak yang berfungsi dalam penglihatan, kekebalan tubuh manusia
(imunitas), diferensiasi sel, pertumbuhan dan perkembangan, pencegahan kaknker
dan penyakit jantung, dan fungsi reproduksi. Pemenuhan asupan makanan yang
mengandung vitamin A sangat penting bagi semua kalangan manusia, baik
laki-laki, perempuan, dari usia anak-anak hingga tua.
Dalam artikel ilmiah,
dijelaskan bahwa pemenuhan asupan vitamin A sangat penting bagi ibu selama
dalam masa nifas. Menurut Sulistyawati, Ari (2009), masa nifas (peurperium)
adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Pada masa ini, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik
maupun psikologis. Maka dari itu,
diperlukan perhatian khusus terutama dalam pemenuhan asupan makanan yang
mengandung berbagai kandungan zat gizi, baik zat gizi makro maupun mikro. Asupan vitamin A bagi ibu nifas selain
bermanfaat bagi diri sang ibu sendiri juga akan memberikan manfaat pula kepada
sang bayi. Ibu yang menyusui bayinya secara tidak langsung akan memberikan
kandungan vitamin A kepada sang bayi pula. Pemberian asupan vitamin A ini dapat
menaikkan jumlah kandungan vitamin A dalam ASI (Air Susu Ibu). Selain fungsi
besar tersebut, pengkonsumsian vitamin A juga dapat mempercepat proses
pemulihan kondisi ibu pasca melahirkan dan juga mengurangi risiko terjadinya
penyakit rabun senja. Pemulihan kondisi kesehatan ibu pasca melahirkan
berkaitan erat dengan fungsi vitamin A dalam pembentukan sel darah merah yang
kemungkinan terjadi melalui interaksi dengan besi (Fe). Pada bayi, vitamin A
juga bermanfaat bagi pembentukan imunitas (kekebalan tubuh) terhadap serangan
patogen yang nantinya akan menyebabkan terjadinya suatu penyakit.
Pemenuhan asupan tersebut dapat
dilakukan baik melalui pengkonsumsian bahan makanan yang mengandung vitamin A
(sayur berwarna hijau, buah-buahan, hati, dan lain-lain) maupun melalui cara
yang praktis yakni pengkonsumsian suplemen.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Pemenuhan asupan vitamin A sangat penting pada kondisi kesehatan manusia
terutama pada kalangan ibu nifas.
b. Pada ibu nifas, pengkonsumsian vitamin A memberikan
efek positif baik bagi ibu itu sendiri maupun bagi bayinya.
c. Bagi ibu nifas, vitamin A berfungsi dalam proses
pemulihan pasca melahirkan dan juga pemenuhan asupan vitamin A pada bayi
melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu).
d. Bagi bayi, vitamin A berfungsi untuk meningkatkan daya
imunitas (kekebalan tubuh terhadap serangan patogen) dan juga berperan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya.
e. Angka kebutuhan akan vitamin A pada ibu nifas adalah
800 RE pada ibu hamil dan 850 RE pada
ibu menyusui yang berusia 19-49 tahun.
f. Pemenuhan asupan vitamin A dapat dilakukan melalui
pengkonsumsian bahan makanan yang mengandung vitamin A (sayur berwarna hijau,
buah-buahan berwarna kuning, hati) dan suplemen.
4.2 Saran
Pemenuhan
asupan vitamin A harus tetap memperhatikan angka kebutuhan dan kecukupan yang
telah diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan kondisi dari
individu yang bersangkutan. Hal ini dengan maksud agar tercipta suatu keadaan
sehat yang benar-benar seimbang kondisi gizinya dan terhindar dari
pengkonsumsian yang berlebihan maupun kekurangan (defisiensi). Pedoman dalam
angka kebutuhan vitamin A dapat dilihat pada tabel AKG yang telah ditetapkan
oleh Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII tahun 2004.
Selain AKG,
cara pemenuhan vitamin A juga perlu diperhatikan. Pemenuhan melalui
pengkonsumsian bahan makanan alami yang banyak mengandung vitamin A seperti
sayur-sayuran berwarna hijau, buah-buahan berwarna kuning, dan hati lebih
dianjurkan daripada pengkonsumsian suplemen.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Devi, Nirmala. 2010. Nutrition and Food Gizi untuk Keluarga.
Jakarta: Kompas.
[http://books.google.co.id/books?id=ou1eOU4oJKUC&pg=PA96&dq=penyakit+akibat+kekurangan+dan+kelebihan+asupan+makanan&hl=id&sa=X&ei=LT6wUJLYHo6GrAf37ICYBQ&ved=0CEgQ6AEwCQ#v=onepage&q=penyakit%20akibat%20kekurangan%20dan%20kelebihan%20asupan%20makanan&f=false,
serial
online : 24 November 2012]
Hidayat, A. Aziz dan Uliyah, Musrifatul. 2005. Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta.
[http://books.google.co.id/books?id=QOtDyiAVmwoC&pg=PA66&dq=kebutuhan+dasar+manusia+berupa+pangan&hl=id&sa=X&ei=pDWwUKTrEY0rAe934CoDQ&ved=0CC0Q6AEwAQ#v=onepage&q=kebutuhan%20dasar%20manusia%20berupa%20pangan&f=false,
serial
online : 24 November 2012]
Sallika, N.S. 2010. Serba Serbi Kesehatan Perempuan. Jakarta:
Bukune.
[http://books.google.co.id/books?id=Sne4M-5g3p0C&pg=PA30&dq=kandungan+makanan+berpengaruh+pada+kesehatan&hl=id&sa=X&ei=lzawUO_uEortrQeI84HoAQ&ved=0CC0Q6AEwAQ#v=onepage&q=kandungan%20makanan%20berpengaruh%20pada%20kesehatan&f=false,
serial
online : 24 November 2012]
Sediaoetama, A.D. 2010. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid 1.Jakarta:
Dian Rakyat.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: ANDI.
Wheeler, Linda . 2004. Buku Saku Perawatan Pranatal dan Pascapartum.
EGC: Jakarta.
[http://books.google.co.id/books?id=PLA2vowuMJEC&pg=PA193&dq=pentingnya+mengetahui+kandungan+dari+makanan&hl=id&sa=X&ei=3zWwUNvUDImqrAfejoGwDQ&ved=0CEIQ6AEwCA#v=onepage&q=pentingnya%20mengetahui%20kandungan%20dari%20makanan&f=false,
serial
online : 24 November 2012]
LAMPIRAN
“Pentingnya Vitamin A Pada Ibu Nifas”
Jumat,
07 September 2012 - 09:01:34 WIB
Penulis : Hasan Aroni, SKM, MPH - Editor : - Diposting Oleh : kasanawi - Dibaca : 979 kali Top of Form
Penulis : Hasan Aroni, SKM, MPH - Editor : - Diposting Oleh : kasanawi - Dibaca : 979 kali Top of Form
Vitamin
A adalah suatu vitamin yang berfungsi dalam sistem penglihatan, fungsi
pembentukan kekebalan dan fungsi reproduksi. Vitamin A perlu diberikan
dan penting bagi ibu selama dalam masa nifas. Pemberian kapsul vitamin A bagi
ibu nifas dapat menaikkan jumlah kandungan vitamin A dalam ASI, sehingga
pemberian kapsul vitamin A (200.000 unit) pada ibu nifas sangatlah penting.
Selain bermanfaat bagi ibu, kapsul vitamin A juga bermanfaat pada bayi, karena
pada masa nifas ibu menyusui bayinya sehingga secara tidak langsung bayi pun
juga memperolehnya. Manfaat vitamin A selain untuk meningkatkan daya tahan tubuh
dapat juga meningkatkan kelangsungan hidup anak serta membantu pemulihan
kesehatan ibu nifas yang erat kaitannya dengan anemia dan mengurangi risiko
buta senja pada ibu menyusui ini sering terjadi karena kurang vitamin A.
Pada ibu
menyusui berisiko mengalami kekurangan vitamin A (KVA) karena pada masa
tersebut ibu membutuhkan vitamin A yang tinggi untuk produksi ASI bagi bayinya.
Status gizi dan kesehatan pada ibu hamil sangatlah penting, karena sering kali
status gizi pada ibu menyusui terabaikan terlebih pada keluarga yang ekonominya
menengah ke bawah. Hal ini menunjukkan bahwa KVA merupakan masalah potensial
bagi ibu serta bayi yang disusuinya.
Cara
mengatasi kekurangan vitamin A (KVA) pada ibu menyusui:
Hal ini
dapat ditanggulangi dengan berbagai cara, seperti peningkatan dan ketersediaan
konsumsi makanan yang mengandung vitamin A melalui lingkungan sekitar
(pemanfaatan pekarangan), serta dengan suplementasi. Ada pun beberapa sumber
makanan yang mengandung vitamin A yang bisa dikonsumsi masyarakat yang mudah
didapatkan seperti telur, hati, buah-buahan yang berwarna orange seperi buah
mangga masak, papaya masak, ada juga sayuran berdaun hijau seperti bayam.
Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan vitamin A yaitu dengan
menggalakkan promosi sumber makanan tersebut. Selain itu juga dapat melibatkan
kader-kader desa untuk memberikan penyuluhan mengenai asupan vitamin A. Karena
di Indonesia masih banyak ibu yang melahirkan di rumah. Pemberian tablet
vitamin A dapat juga diberikan oleh kader atau bidan desa saat melakukan
kunjungan rumah.
Dengan
pemberian kapsul vitamin A pada ibu setelah melahirkan dapat meningkatkan
kualitas vitamin A dan jumlah kandungan vitamin A tersebut dalam ASI.
Manfaat
dari pemberian tablet vitamin A:
Kualitas
vitamin A yang terkandung dalam ASI sangat tergantung pada status kesehatan
gizi ibu. Pemberian tablet vitamin A dosis rendah setiap minggunya sebelum masa
kehamilan, saat masa kehamilan dan setelah melahirkan dapat menaikkan kualitas
kesehatan ibu yang dapat menurunkan penyakit rabun senja, serta menurunkan
mortalitas yang berkaitan dengan anemia yang sering terjadi.
Pemberian
kapsul vitamin A pada ibu nifas sangat berpengaruh untuk meningkatkan
kualitas vitamin A pada bayi, karena ASI yang diberikan merupakan sumber utama
vitamin A pada bayi pada enam bulan pertama kehidupan
Pemberian
tablet vitamin A pertama dilakukan segera setelah melahirkan tablet kedua
diberikan sedikitnya satu hari setelah pemberian tablet pertama danh tidak
lebih dari 6 minggu kemudian.
Tanda-tanda
awal kekurangan vitamin A:
- Penglihatan berkurang pada malam hari (rabun senja)
- Kulit kering
- Meningkatnya risiko infeksi (menuju ke gejala kanker)
- Kekurangan vitamin A yang dapat menyebabkan kebutaan yang parah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar