Makanan tradisional
mendapat perhatian khusus Bupati Banyuwangi Ratna Ani Lestari. Orang nomor satu
di Banyuwangi ini menempatkannya sebagai aset daerah yang layak dijual. Istri
Bupati Jembrana Gede Winasa ini tak pernah jemu memromosikan aset wisata
Banyuwangi ke luar daerah, bahkan hingga ke luar negeri.
Ia menyatakan
harapannya, makanan khas Banyuwangi bisa menembus pasar internasional. “Saya
selalu menekankan pentingnya promosi wisata, termasuk promosi makanan khas yang
jarang dijumpai di daerah lain,” ujar Bupati Ratna.
Ia menuturkan,
tumbuhnya pariwisata harus didukung berdirinya rumah makan yang khas. Beberapa
daerah bisa terkenal berkat makanan khasnya yang unik. Bupati Ratna meminta
para pengelola rumah makan bisa berkreasi dan menyajikan menu makanan khas suku
Using. “Ini akan menjadi kenangan tamu yang datang ke sini,” tambahnya.
Selama ini, kata
Bupati, restoran di Banyuwangi cenderung menyajikan masakan modern. Padahal,
makanan tardisional justru lebih memikat tamu asing. Mereka bisa dikenalkan
makanan khas sambil menikmati keindahan alam. Selain bahannya mudah didapat,
masakan tradisional bisa ditawarkan dengan harga murah, sehingga tak hanya tamu
asing yang bisa membelinya, tetapi juga warga lokal.
Ia memberi contoh
masakan rujak soto yang terkenal hingga Jakarta. Makanan khas Banyuwangi ini
mulai ditinggalkan di kampung sendiri. Kalaupun ada, hanya warung kecil yang
menyediakannya. Restoran besar jarang yang mau meliriknya.
Banyuwangi yang
berdekatan dengan Bali memiliki peluang prospektif di sektor pariwisata. Bupati
Ratna berharap kalangan pengusaha bisa menangkap peluang itu. Ia berjanji
memberikan fasilitas promosi dan menggandeng biro perjalanan wisata dari Bali.
Tiap tahunnya, Banyuwangi juga kebagian banjir tamu dari Bali. Sayangnya,
kedatangan tamu lebih banyak disuguhi makanan gaya modern.
Selain makanan, Ratna
berharap jajanan khas Banyuwangi bisa ikut menyemarakkan kunjungan wisata. Dia
bersyukur beberapa pengusaha lokal mulai aktif mengembangkan produk jajanan
tradisional. Tumbuhnya industri jajanan ini diharapkan mampu memperkaya aset
budaya Banyuwangi. Yang lebih penting lagi hal itu bisa mengurangi angka
pengangguran.
Terkait promosi,
Bupati Ratna sudah memberikan tempat khusus di Denpasar. Tempat itu diberikan
kepada para perajin Banyuwangi yang ingin memasarkan karyanya di Bali. Ke
depan, dia berharap ada restoran Banyuwangi yang menyediakan makanan khas
daerahnya di Bali. “Promosi adalah kunci utama. Jangan sampai aset Banyuwangi
hilang karena tidak adanya promosi,” ujarnya bernada mengingatkan. (Red).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar